tips

Tips Menerjemahkan Orang yang Bicaranya Panjang: Metode PREP

Dalam tulisan sebelumnya, saya berbagi tips menerjemahkan dengan menggunakan metode deduksi ala Sherlock Holmes. Dalam tulisan kali ini, saya hendak berbagi tips lain untuk menerjemahkan orang yang bicara panjang, yaitu menerjemahkan dengan metode PREP.

Metode PREP adalah sebuah metode yang biasa digunakan dalam presentasi. PREP adalah singkatan dari Point (kesimpulan), Reason (alasan), Example (contoh), dan Point (kesimpulan). Metode presentasi ini biasa diajarkan dalam pelatihan bagi level manajerial untuk meningkatkan kemampuan presentasi.

Saya merasa metode ini dapat digunakan juga dalam penjurubahasaan, khususnya bagi orang Jepang karena mereka cukup mengenal metode penyampaian seperti ini. Metode ini dapat digunakan khusus dalam situasi yang membutuhkan jawaban “Ya atau tidak”, “Bisa atau tidak”, “Kapan”, “Di mana”, atau jawaban-jawaban spesifik lainnya, tetapi disampaikan secara panjang lebar sebelum mendapatkan jawaban yang  diinginkan.

Sama seperti yang telah disampaikan dalam tulisan sebelumnya, pada prinsipnya jurbah tetap harus menerjemahkan sesuai dengan yang disampaikan dengan pembicara. Namun, untuk mencapai tujuan penerjemahan berupa menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, metode ini dapat digunakan. Perlu DIPERHATIKAN bahwa tips ini HANYA dapat digunakan untuk situasi yang telah disebutkan di atas.

Sesuai dengan namanya, menerjemahkan dengan metode ini dimulai dengan menyampaikan kesimpulan. Misalnya, A bertanya kepada B, apakah B dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh A secara tepat waktu. Kemudian, B menjawab secara panjang lebar terlebih dahulu sampai pada akhirnya mengatakan bahwa tidak bisa.

Photo by Ann H on Pexels.com

Pada saat menerjemahkan, jurbah menyampaikan terlebih dahulu bahwa B tidak bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu, lalu menerjemahkan alasannya sesuai dengan yang dikatakan oleh B, dan ditutup kembali dengan kesimpulan bahwa B tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Dengan menerjemahkan menggunakan metode ini, A dapat segera memperoleh jawaban yang diinginkan tanpa harus menunggu “2 kali”, yaitu penjelasan dari B dalam bahasa sumber dan terjemahannya.

Sama juga dengan metode deduksi ala Sherlock Holmes, ada baiknya jurbah memberi tahu terlebih dahulu bahwa akan menyampaikan kesimpulannya sebelum menerjemahkan. Misalnya dengan mengatakan, “Saya akan sampaikan dahulu jawaban (kesimpulan) dari pertanyaannya, yaitu….”

Mengulang lagi yang telah disampaikan di awal, metode ini cocok untuk menerjemahkan situasi yang membutuhkan jawaban “Ya atau tidak”, “Bisa atau tidak”, “Kapan”, “Di mana”, atau jawaban-jawaban spesifik lainnya, tetapi disampaikan secara panjang lebar sebelum mendapatkan jawaban yang  diinginkan. Jurbah juga perlu untuk menyampaikan terlebih dahulu bahwa akan menerjemahkan dengan dimulai dari kesimpulannya.

 Semoga tips ini bermanfaat ^_^

tips

Tips Menerjemahkan Orang yang Bicaranya Panjang: Deduksi ala Sherlock Holmes

Juru bahasa (jurbah) memiliki peran untuk menjembatani komunikasi antara dua pihak yang berbicara menggunakan bahasa yang berbeda. Pada dasarnya, seorang jurbah tidak dapat mengatur tempo, gaya bicara, aksen, maupun durasi pembicaraan dari kedua pihak.

Di antara faktor-faktor tersebut, durasi bicara adalah salah satu faktor yang dapat ditanggulangi dengan menggunakan teknik note-taking. Namun, timbul lagi pertanyaan. Bagaimana jika pembicaraannya tidak hanya panjang, tetapi juga temanya melompat-lompat, berputar-putar, alurnya maju mundur, dan tidak jelas maksud utamanya?

Pada prinsipnya, jurbah tetap harus menerjemahkan sesuai dengan yang disampaikan dengan pembicara. Namun, mengingat tujuan dari penerjemahan adalah menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, tips ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam tulisan kali ini, saya coba hendak berbagi tips untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Namun, perlu DIPERHATIKAN bahwa tips ini HANYA dapat digunakan untuk situasi yang telah disebutkan di atas.

Saya menyebut metode ini sebagai metode deduksi ala Sherlock Holmes. Saya menyebutnya seperti itu karena caranya mirip dengan cara Sherlock dalam menarik kesimpulan untuk menemukan pelaku kejahatan. Ini adalah kutipan dari novel Sherlock Holmes yang berjudul The Adventure of  The Sign of Four:

Once you eliminate the impossible, whatever remains, no matter how improbable, must be the truth. 

(Kalau kamu menyingkirkan yang mustahil, apa pun yang tersisa, betapa pun yang mustahil, adalah kebenaran)

Ini yang menjadi petunjuk untuk menerjemahkan ala detektif fiksi yang terkenal dengan topi uniknya itu. Seperti yang telah disampaikan di awal, jurbah tetap harus membuat catatan agar tidak lupa mengenai apa yang telah dikatakan oleh pembicara. Namun, pada saat menerjemahkan, singkirkan satu per satu hal-hal yang kelihatannya tidak berhubungan. Dengan cara tersebut, seharusnya jurbah dapat menemukan “kebenaran” (dibaca: pesan) sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh pembicara.

Setelah menemukannya, susun beberapa pesan tersebut agar dapat terjalin menjadi suatu cerita yang berkesinambungan. Caranya, pertama dengan menyusun alur waktu yang bersifat maju. Kedua, gunakan kata sambung antarkalimat. Ketiga, sisipkan kalimat keterangan tambahan jika topiknya berubah. Terakhir, tambahkan kalimat tambahan penutup untuk memberi tahu pendengar bahwa terjemahan telah selesai.

Sebelum menerjemahkan dengan metode ini, ada baiknya juga untuk memberi tahu terlebih dahulu bahwa terjemahan yang akan disampaikan adalah berupa kesimpulan. Contohnya dengan mengucapkan, “Sebelumnya mohon maaf, saya akan mencoba menerjemahkan dengan menyimpulkannya.”

Secara teori, seharusnya jurbah tidak boleh melakukan hal tersebut. Namun, kembali lagi pada tujuan penerjemahan. Tentunya pendengar sudah tidak sabar untuk mendengarkan terjemahannya selama menunggu pembicara selesai berbicara. Jika kemudian terjemahannya disampaikan dengan sama-sama tidak jelas inti pembicaraannya, kemungkinan besar komunikasi antara kedua pihak akan semakin tidak berhubungan.

Sekali lagi untuk diingat, metode ini HANYA dapat digunakan jika pembicara berbicara dengan panjang lebar, topiknya melompat-lompat, dan tidak jelas arah pembicaraannya. Untuk dapat menyimpulkan arah pembicaraan, jurbah harus mengetahui konteks dan latar belakang pertemuan kedua belah pihak. Dengan begitu, jurbah dapat menemukan kalimat-kalimat tambahan yang sesuai untuk membuat terjemahannya memiliki pesan yang jelas.

Semoga tips ini bermanfaat ^_^

Interpreter

Penjurubahasaan Simultan dan Konsekutif: Bagaikan F1 dan Le Mans 24 Jam

Secara umum, penjurubahasaan dibagi menjadi dua, yaitu juru bahasa simultan dan konsekutif. Sebenarnya masih ada satu lagi, yaitu whispering, tetapi prinsip yang digunakannya dapat dimasukkan ke dalam dua jenis yang pertama.

Penjurubahasaan simultan sering dianggap sebagai jenis penjurubahasaan yang lebih “mentereng” karena memerlukan kemampuan untuk menerjemahkan hampir bersamaan dengan ketika pembicara berbicara.

Namun, sebenarnya kemampuan yang dibutuhkan antara penjurubahasaan simultan dan konsekutif adalah berbeda sehingga tidak bisa dikatakan bahwa yang satu lebih superior dibandingkan yang lainnya. Ini ibaratnya adalah seperti balapan F1 dan Le Mans 24 Jam, keduanya sama-sama mengemudi, tetapi kemampuan mengemudi yang diperlukannya masing-masing berbeda.

Photo by Markus Spiske on Pexels.com

Kemampuan utama yang diperlukan oleh seorang juru bahasa (jurbah) simultan adalah kemampuan memprediksi isi yang akan dibicarakan. Jurbah simultan biasanya akan mendengar sepenggal kalimat dari pembicara untuk langsung diterjemahkan seraya memprediksi apa yang akan disampaikan berikutnya. Dengan cara demikian, jurbah dapat menyampaikan terjemahan yang berterima.

Sedangkan kemampuan utama yang diperlukan oleh jurbah konsekutif adalah kemampuan untuk mencatat isi pembicaraan. Jurbah tidak dapat memperkirakan kapan pembicara akan selesai berbicara dan sangat mengandalkan catatannya agar dapat menerjemahkan secara akurat.

Dari segi daya tahan, penjurubahasaan simulatan adalah seperti mobil F1, sedangkan penjurubahasaan konsekutif adalah seperti mobil Le Mans.

Mobil F1 digunakan untuk balapan yang jumlah putarannya telah ditentukan. Komponen mobilnya ditingkatkan sedemikian rupa, tetapi bukan untuk jangka panjang. Penjurubahasaan simultan juga demikian. Jurbah simultan hanya mampu menerjemahkan maksimal 30 menit karena kegiatan ini sangat menguras otak. Untuk acara-acara yang panjang seperti konferensi atau seminar, biasanya diperlukan 2-3 jurbah yang bekerja secara bergantian.

Mobil Le Mans dirancang agar tahan untuk melakukan balapan selama 24 non-stop. Beberapa komponennya ada yang diganti selama balapan, tetapi kebanyakan komponennya dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tahan yang tinggi. Jurbah konsekutif juga memerlukan daya tahan yang tinggi karena umumnya tidak disediakan pengganti. Ada kalanya juga jurbah harus mengikuti perjalanan yang menguras tenaga sesuai jadwal pembicara.

Mengetahui perbedaan ini sangat penting agar pengguna jasa dapat mengetahui jenis penjurubahasaan apa yang menjadi kebutuhannya. Sungguh sangat sayang jika mobil F1 (jurbah simulatan) digunakan untuk balapan Le Mans (kegiatan panjang yang membutuhkan daya tahan). Tidak cocok juga jika mobil Le Mans (jurbah konsekutif) digunakan untuk balapan F1 (kegiatan yang sangat singkat).

Konsekuensi yang paling jelas adalah biaya. Penjurubahasaan simultan bagaikan balapan F1 yang memakan banyak biaya karena memerlukan peralatan (booth jurbah, transmisi, dan alat pendengar) dan orang yang banyak (beberapa jurbah dan teknisi peralatan).

Semoga tulisan ini bisa menjadi referensi untuk memilih jenis penjurubahasaan yang dibutuhkan.

Interpreter

Pede Sepede Sherlock Holmes

Saya suka membaca cerita detektif. Novel bertemakan detektif-detektifan pertama yang saya baca adalah serial pertualangan STOP yang bercerita tentang empat orang siswa SMP memecahkan kasus kriminal yang terjadi di kota mereka.

Ketika SMA, saya mulai membaca komik Detektif Conan yang masih saya baca sampai sekarang (karena masih belum tamat-tamat juga ^^;). Gara-gara komik itu, saya menjadi penasaran dengan tokoh Sherlock Holmes yang sangat diidolakan oleh Shinichi Kudo.

Sherlock Holmes digambarkan sebagai tokoh yang sangat sombong karena pengetahuannya luas. Di sisi lain, dia juga seorang yang sangat memperhatikan detail sehingga bisa mengetahui latar belakang seseorang hanya dengan melihat. Kemampuannya itu diperlihatkan dalam novel pertamanya ketika pertama kali bertemu dengan rekannya, Dr. Watson.

Sherlock Holmes juga digambarkan sebagai sosok yang pede alias percaya diri. Khususnya pada saat akan mengungkap pelaku kejahatannya. Dia akan menceritakan terlebih dahulu analisisnya secara deduksi hingga akhirnya menyimpulkan siapa pelakunya.

Seorang juru bahasa (jurbah) juga harus memiliki kepercayaan diri pada saat menjalankan tugasnya. Bagaimana pun juga, pendengar akan lebih memperhatikan jurbah dibandingkan pembicara aslinya karena mereka tidak memahami bahasa sang pembicara (untuk itulah fungsinya jurbah). Apabila jurbah tidak pede, dampaknya langsung yang terasa adalah hilangnya kepercayaan terhadap jurbah tersebut.

Langkah pertama untuk meningkatkan rasa pede bisa dimulai dari memiliki pengetahuan terhadap materi atau tema yang akan diterjemahkan. Dengan memiliki bekal pengetahuan, jurbah dapat menyampaikan hasil terjemahannya dengan luwes dan tidak kaku karena bukan sekadar mengganti kata-kata dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Langkah yang kedua adalah mempelajari materi yang diberikan. Namun, ada kalanya user atau klien tidak memberikan materi untuk dipelajari. Apabila seperti itu, usahakan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai tema apa yang akan diterjemahkan. Informasi yang sedikit tersebut dapat dikembangkan dengan melakukan riset secara mandiri di internet.

Langkah yang ketiga adalah fokus pada hal yang diketahui. Kemungkinan untuk lupa, tidak tahu, atau tidak kedengaran dapat saja terjadi. Apabila terjadi hal seperti itu, jangan panik dan fokus pada hal-hal yang diketahui atau terdengar saja. Bisa saja pada saat-saat akhir menerjemahkan, akan muncul petunjuk lain yang membantu untuk menyampaikan pesannya.

Langkah terakhir adalah hilangkan intonasi yang meragukan. Usahakan agar setiap kalimat diakhiri dengan jelas. Jangan sampai akhir kalimat terdengar seperti mengambang atau bertanya.

Photo by Prateek Katyal on Pexels.com

Ungkaplah pesan pada bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pede seperti halnya Shelock Holmes mengungkap sang pelaku kejahatan ^_^

Interpreter

Note-taking ala Prison Break

Beberapa waktu yang lalu, saya akhirnya menonton season terakhir dari serial Prison Break. Saya sendiri baru tahu kalau sebenarnya serial ini sempat berakhir pada tahun 2008, tetapi kemudian dibuat seri revival-nya pada tahun 2017 sebanyak 9 episode.

Bagi yang tidak tahu serial ini, Prison Break menceritakan tentang seorang insinyur struktur bangunan yang hendak membebaskan kakaknya dari penjara. Dia mentato tubuhnya dengan peta, denah, dan berbagai petunjuk yang dikamuflase bagaikan gambar seni. Dengan cara itu, dia tidak perlu menghafal rencana pelariannya yang rumit.

Dalam dunia penjurubahasaan pun, khususnya konsekutif, sering kali menemukan situasi pembicara berbicara panjang lebar sehingga sulit untuk mengingat semua perkataannya. Untuk menanggulangi hal tersebut, biasanya juru bahasa (jurbah) akan mencatat dengan teknik yang disebut note-taking.

Photo by Pixabay on Pexels.com

Jurbah tidak mencatat semua hal yang diucapkan oleh pembicara. Sama halnya dengan tokoh dalam Prison Break, hal-hal yang dicatat hanya kata-kata kuncinya saja. Biasanya, kata-kata kunci tersebut terdiri dari subjek, predikat (kata kerja), objek, dan kata keterangan seperti angka, tempat, nama.

Agar dapat menulis dengan cepat, biasanya kata-kata kunci tersebut tidak ditulis secara utuh, tetapi ditulis dengan cara disingkat atau dibuat menjadi simbol. Singkatan dan simbol yang dibuat dapat berupa sesuatu yang umum seperti “jkt” untuk “Jakarta”, “ASAP” untuk secepatnya, atau “&” untuk “dan”.

Tidak jarang jurbah menciptakan singkatan atau simbol sendiri agar dapat menulis dengan cepat. Salah satu simbol yang sering digunakan adalah tanda panah. Contohnya, tanda panah ke atas (↑) digunakan sebagai pengganti kata “naik” atau “di atas”. Pada saat membuat sendiri, usahakan untuk membuat sesuatu yang dapat ditulis dengan cepat agar tidak kesulitan pada saat benar-benar membuatnya.

Membuat singkatan atau simbol yang unik bisa dikatakan susah susah gampang. Dalam serial Prison Break pun, sang tokoh utama baru bisa menentukan desain tatonya setelah mempelajari dan merencanakan dengan saksama rencana pelariannya. Hal ini juga bisa berlaku bagi jurbah. Dengan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diterjemahkan, jurbah akan lebih mudah menentukan apa yang dapat disingkat dan dibuat simbol serta makna dari singkatan dan simbol yang dibuatnya tersebut.

Selain itu, biasanya jurbah akan mulai terbiasa membuat singkatan atau simbol yang unik jika sering menerjemahkan satu tema tertentu secara berulang-ulang karena biasanya akan tahu istilah atau kalimat apa saja yang sering digunakan.

Silakan lihat video Youtube ini bagi yang mau melihat contoh mencatat dengan teknik note-taking.

tips

Mempromosikan Diri Sebagai Penerjemah Lepas: Secara Pasif

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai mempromosikan diri secara aktif. Sesuai dengan namanya, cara promosi ini dilakukan dengan memasang profil secara daring agar dapat dibaca oleh calon klien atau user. Contoh yang paling sederhana adalah dengan memasang profil di situs LinkedIn.

Namun, kekurangan dari LinkedIn adalah memuat profil orang-orang di berbagai bidang. Agar lebih efektif, penerjemah perlu memasang profilnya di situs yang khusus berhubungan dengan dunia penerjemahan. Ada dua situs yang sangat terkenal, yaitu ProZ.com dan TranslatorsCafe.com. Kedua situs tersebut adalah sejenis market place penerjemahan. Selain dapat memajang profil, di sana juga dapat mencari pekerjaan yang ditawarkan oleh agensi penerjemahan.

Biaya untuk memasang profil di kedua situs tersebut pada dasarnya gratis. Namun, mereka juga menawarkan keanggotaan berbayar. Kelebihan dari keanggotaan berbayar adalah memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang tidak ditawarkan secara umum dari agensi penerjemahan.

Selain di jejaring sosial dan market place, profil juga dapat dimuat di dalam direktori penerjemah. Di Indonesia terdapat Direktori Penerjemah Indonesia yang dikelola oleh Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI). Syarat agar profil dapat dimuat di sana adalah dengan menjadi anggota HPI.

Contoh direktori lain adalah Translator Directory of Japan yang dikelola oleh admin sukarelawan situs tersebut. Syarat untuk dimuat dalam situs ini adalah dengan mengajukan permohonan kepada pengelola situs.

Tips saya untuk promosi secara pasif adalah usahakan agar mencantumkan kata-kata kunci secara umum dan khusus secara bersamaan. Misalnya, ketika mencantumkan memiliki kemampuan bahasa Jepang, cantumkan juga bahwa memiliki kemampuan bahasa Jepang bisnis, bahasa Jepang bidang manufaktur, bahasa Jepang bidang hiburan, dan sebagainya. Demikian juga ketika menyebutkan bidang keahlian. Cantumkan dengan memecahnya menjadi bidang spesifik yang lebih detail lagi.

Tujuannya adalah jika ada yang mencari melalui Google dengan kata kunci yang spesifik, kemungkinan untuk berada di halaman terdepan dan posisi teratas menjadi semakin besar.

Mudah-mudahan pengalaman dan tips yang dibagikan ini dapat berguna. Selamat mencoba!

tips

Mempromosikan Diri Sebagai Penerjemah Lepas: Secara Aktif

Sejak saya mulai membuat blog ini, cukup banyak email, komentar, atau pesan melalui WA yang menanyakan cara untuk mempromosikan diri sebagai penerjemah lepas. Untuk itu, saya akan mencoba berbagi pengalaman saya dalam mempromosikan diri. Tulisan ini terdiri dari dua bagian, yaitu mempromosikan diri secara aktif dan mempromosikan diri secara pasif.

Tulisan yang pertama ini akan membahas mengenai mempromosikan diri secara aktif. Yang saya maksud dengan secara aktif adalah mengirimkan lamaran ke berbagai agensi penerjemahan. Modal yang diperlukan adalah CV, track record, dan contoh hasil terjemahan.

Tips saya dalam pembuatan CV adalah tidak perlu membuat CV yang panjang. Cukup 1 halaman saja yang berisi informasi dasar seperti nama, kontak, pendidikan terakhir, dan hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan bahasa seperti kursus yang pernah diikuti atau sertifikat kebahasaan.

Dibandingkan dengan CV, track record atau daftar pengalaman penerjemahan-lah yang paling penting bagi agensi penerjemahan. Bagi pemula yang tidak memiliki pengalaman menerjemahkan secara profesional, sebaiknya cantumkan dengan jelas bahwa belum memiliki pengalaman. Sebagai gantinya, cantumkan bidang-bidang yang dikuasai agar dapat menjadi pertimbangan.

Isi yang perlu dicantumkan dalam track record adalah pasangan bahasa dan jenis dokumen yang pernah diterjemahkan. Usahakan untuk menuliskan dengan jelas jenis dokumennya. Contohnya, alih-alih menulis dokumen legal, lebih baik menulis surat perjanjian atau AD/ART. Ini akan memudahkan agensi penerjemahan untuk mengukur pengalaman penerjemah.

Sedangkan bagi juru bahasa (interpreter), isi yang perlu dicantumkan dalam track record adalah pasangan bahasa, jenis penjurubahasaan, dan kontennya. Contohnya, dibandingkan menulis juru bahasa konsekutif untuk meeting, akan lebih mudah dipahami jika menulisnya juru bahasa konsekutif untuk meeting mengenai pendirian perusahaan.

Yang terakhir adalah contoh hasil terjemahan. Contoh yang diberikan jangan berupa hasil terjemahan yang pernah dikerjakan karena dikhawatirkan dapat melanggar kerahasiaan. Silakan cari bahan yang akan diterjemahkan sesuai dengan bidang yang dikuasai di internet. Bagi juru bahasa, bisa saja dengan melampirkan rekaman terjemahan dengan sumber yang juga berasal dari internet.

Kalau ketiganya sudah siap, yang menjadi pertanyaannya adalah: Ke mana lamarannya dikirim? Cara yang paling mudah adalah dengan mencari agensi penerjemahan di internet. Kata kuncinya bisa dimulai dari yang sederhana seperti: agensi penerjemahan, bahasa Jepang (atau bahasa lain sesuai dengan bahasa asing yang dikuasai). Bisa juga menggunakan kata kunci dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa Jepang. Namun, jangan lupa untuk mengganti kata kuncinya dengan “Indonesian” atau “インドネシア語” karena yang menjadi bahasa sasaran adalah bahasa Indonesia.

Tips terakhir adalah usahakan untuk menuliskan rangkuman CV secara singkat di dalam badan email. Sedangkan pada judul email, tuliskan mengenai maksud lamaran sebagai penerjemah pasangan bahasa yang dikuasai.

Selamat mencoba melamar!

Aplikasi, Interpreter

Berbagai Media Telekonferensi: Skype, Hangout, dan Zoom

Kemajuan teknologi sangat membantu agar orang tetap dapat “bertatap muka” walaupun melalui dunia maya. Saya sudah menggunakan Skype sejak masih kuliah di Jepang. Kecepatan internet yang masih terbatas pada saat itu memang tidak dapat menampilkan video yang jernih, khususnya ketika melakukan panggilan ke Indonesia. Namun, tetap saja sudah terasa luar biasa pada saat itu.

Ketika itu, sama sekali tidak terpikir bahwa nantinya akun Skype tersebut akan digunakan juga dalam pekerjaan. Satu hal yang saya syukuri adalah tidak membuat akun dengan nama yang “alay”. Pada saat awal-awal bekerja sama dengan agensi luar negeri, cukup sering komunikasi dilakukan menggunakan Skype. Namun, fitur yang lebih sering digunakan adalah fitur chat dibandingkan video call. Beberapa kali juga menggunakan fitur panggilan audio untuk virtual meeting dengan agensi dan user.

Sejak pandemi Covid-19 dan adanya himbauan untuk bekerja di rumah (WFH), bertambahlah aplikasi telekonferensi yang saya gunakan. Selain Skype, saat ini saya menggunakan Hangout dan Zoom. Aplikasi Hangout biasanya saya pakai untuk melakukan kuliah jarak jauh dengan mahasiswa saya. Sedangkan untuk pekerjaan, saat ini kebanyakan user meminta untuk menggunakan Zoom. Sejauh ini belum ada kendala yang berarti. Internet yang digunakan stabil sehingga kualitas suara maupun videonya bagus.

Hmm, apakah nantinya akan ada aplikasi lain lagi yang akan nge-tren?

Interpreter

“Normal” yang Baru

Sejak mewabahnya Covid-19, saat ini banyak orang yang bekerja dari rumah (WFH). Dalam beberapa minggu terakhir ini pun, banyak artikel mengenai tips-tips agar tetap dapat bekerja secara efektif dari rumah. Karena sudah berlangsung selama beberapa minggu, tidak sedikit yang mengatakan bahwa WFH sudah menjadi suatu hal “normal” yang baru.

Sebagai juru bahasa, saya pun merasakan hal yang baru. Sudah beberapa kali saya menerima pekerjaan juru bahasa melalui telekonferensi. Sebenarnya, remote interpreting atau penjurubahasaan jarak jauh bukanlah sesuatu hal yang baru. Mungkin yang paling umum adalah telephone interpreting atau penjurubahasaan melalui telepon. Di Jepang, beberapa department store atau stasiun juga menerapkan penjurubahasaan jarak jauh melalui tablet untuk melayani pelanggan.

Dalam situasi yang masih sulit untuk bekerja dengan tatap muka, beberapa agen penerjemahan mulai menawarkan juru bahasa, yang tadinya bekerja ke lokasi, untuk bekerja dari rumah. Tentunya ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar dapat menjalankan penjurubahasaan jarak jauh dengan baik.

Hal pertama yang perlu disiapkan adalah koneksi internet. Bukan hanya terhubung, tetapi harus memiliki koneksi yang stabil agar dapat mendengar dan menyampaikan penerjemahan dengan baik. Hal kedua adalah perangkat. Komputer dapat menjadi pilihan pertama, walaupun tablet dan ponsel cerdas juga sudah cukup mumpuni, dilengkapi dengan headset dan mic. Hal yang ketiga adalah lingkungan. Juru bahasa mungkin dapat mendengar dengan baik karena menggunakan headset. Namun, harus memperhatikan juga suara yang ada di sekitar agar jangan sampai suara lain seperti suara kendaraan di luar, suara orang di rumah, suara TV, dan sebagainya juga ikut terdengar orang lain.

IMG_6335Situasi saat ini memang menjadi tantangan tersendiri. Namun, ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan baru yang berguna di masa depan. Selain itu, ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mencoba memasuki bidang bisnis baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Interpreter

Berubah Mengikuti Perkembangan Zaman

Ada segmen Profil CEO dalam Harian Kompas edisi Senin, 18 Maret 2019 menampilkan Presiden Direktur Astra Grup Prijono Sugiarto yang bercerita mengenai perusahaan perlu adaptif, trengginas, dan inovatif agar mampu menghadapi tantangan. Beliau mencontohkan Astra yang tadinya memiliki porsi bisnis otomotif sebanyak 90% pada tahun 2001, kini menjadi sekitar 39%. Saya juga pernah mendengar langsung mengenai perubahan yang dilakukan oleh Fujifilm setelah bisnis film foto tidak lagi laku dengan semakin populernya kamera digital dan ponsel yang dapat digunakan juga untuk memoto.

Apa yang dilakukan oleh kedua contoh perusahaan tersebut adalah dalam rangka mempertahankan bisnis untuk tetap berjalan, sekalipun tantangan yang dihadapi dan kegiatan usaha yang dilakukan berbeda dengan pada saat awal berdirinya perusahaan.

Menurut saya, dunia penjurubahasaan Jepang-Indonesia pun mengalami berbagai macam tantangan dalam 10 tahun ini. Saya masih ingat sekitar tahun 2010, ketika itu banyak perusahaan manufaktur Jepang yang ekspansi ke Indonesia. Kawasan industri sepanjang jalan tol Cikampek pun menjadi semakin ramai. Permintaan juru bahasa Jepang untuk mendampingi survei lokasi pabrik, pengurusan izin, rekrutmen karyawan baru, dan hal-hal yang berhubungan dengan pendirian perusahaan sangat ramai.

Dua atau tiga tahun setelahnya, kali ini ramai dengan isu demo pekerja. Menjadi juru bahasa di antara dua pihak yang bertantangan menjadi pengalaman tersendiri karena di luar kemampuan berbahasa, kemampuan berkomunikasi, mengontrol emosi, dan menunjukkan sikap yang tidak berpihak adalah hal yang harus dimiliki dalam situasi tersebut.

Pada tahun 2014-2015, industri otomotif Indonesia menjadi lesu. Saya juga turut merasakan dampaknya karena mendapat cukup banyak pembatalan job juru bahasa dari pabrik-pabrik Jepang karena alasan efisiensi biaya.

Namun, di saat yang bersamaan, industri pariwisata justru sangat menggeliat. Apalagi Tokyo telah ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 sehingga Jepang sangat giat untuk menarik wisatawan asing datang ke Jepang. Salah satu bentuk keseriusan tersebut adalah dengan mengajak 1.000 pelaku usaha industri Jepang ke Indonesia dalam rangka melakukan promosi wisata Jepang (https://www.id.emb-japan.go.jp/news15_46.html). Konon, kegiatan tersebut menjadi ‘panen raya’ bagi para juru bahasa Jepang karena permintaannya yang banyak. Bahkan karena kehabisan ‘stok’ juru bahasa Jepang-Indonesia, siapa pun yang bisa bahasa Jepang diajak untuk terlibat dalam rangkaian acara tersebut.

Dalam 2-3 tahun terakhir ini, permintaan juru bahasa yang berhubungan dengan bisnis dan pemerintah semakin meningkat. Hal ini konon dipacu oleh berkurangnya investasi langsung, tetapi semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan SDM dan kerja sama teknis.

Bercermin dari Astra dan Fujifilm seperti pada contoh di atas, menurut saya seorang juru bahasa, khususnya juru bahasa lepas, pun harus bisa berubah mengikuti zaman. Jika dulu cukup hanya memiliki pengetahuan mengenai gemba, kini akan lebih baik jika memiliki pengetahuan juga mengenai manajemen perusahaan, khususnya bidang legal dan akuntansi. Pengetahuan mengenai kebijakan pemerintah, baik Indonesia dan Jepang juga sebaiknya dimiliki agar dapat membaca tren perubahan atau tantangan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Bagaimana pun juga, pada akhirnya menjadi juru bahasa lepas sama dengan melakukan usaha. Sebuah usaha yang dilakukan secara profesional oleh individu seperti halnya pengacara atau dokter praktik. Agar usahanya dapat berjalan dengan lancar, tentunya perlu membuat strategi. Salah satunya adalah dengan membaca peluang pasar dan menyiapkan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapinya.