Interpreter

Pede Sepede Sherlock Holmes

Saya suka membaca cerita detektif. Novel bertemakan detektif-detektifan pertama yang saya baca adalah serial pertualangan STOP yang bercerita tentang empat orang siswa SMP memecahkan kasus kriminal yang terjadi di kota mereka.

Ketika SMA, saya mulai membaca komik Detektif Conan yang masih saya baca sampai sekarang (karena masih belum tamat-tamat juga ^^;). Gara-gara komik itu, saya menjadi penasaran dengan tokoh Sherlock Holmes yang sangat diidolakan oleh Shinichi Kudo.

Sherlock Holmes digambarkan sebagai tokoh yang sangat sombong karena pengetahuannya luas. Di sisi lain, dia juga seorang yang sangat memperhatikan detail sehingga bisa mengetahui latar belakang seseorang hanya dengan melihat. Kemampuannya itu diperlihatkan dalam novel pertamanya ketika pertama kali bertemu dengan rekannya, Dr. Watson.

Sherlock Holmes juga digambarkan sebagai sosok yang pede alias percaya diri. Khususnya pada saat akan mengungkap pelaku kejahatannya. Dia akan menceritakan terlebih dahulu analisisnya secara deduksi hingga akhirnya menyimpulkan siapa pelakunya.

Seorang juru bahasa (jurbah) juga harus memiliki kepercayaan diri pada saat menjalankan tugasnya. Bagaimana pun juga, pendengar akan lebih memperhatikan jurbah dibandingkan pembicara aslinya karena mereka tidak memahami bahasa sang pembicara (untuk itulah fungsinya jurbah). Apabila jurbah tidak pede, dampaknya langsung yang terasa adalah hilangnya kepercayaan terhadap jurbah tersebut.

Langkah pertama untuk meningkatkan rasa pede bisa dimulai dari memiliki pengetahuan terhadap materi atau tema yang akan diterjemahkan. Dengan memiliki bekal pengetahuan, jurbah dapat menyampaikan hasil terjemahannya dengan luwes dan tidak kaku karena bukan sekadar mengganti kata-kata dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Langkah yang kedua adalah mempelajari materi yang diberikan. Namun, ada kalanya user atau klien tidak memberikan materi untuk dipelajari. Apabila seperti itu, usahakan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai tema apa yang akan diterjemahkan. Informasi yang sedikit tersebut dapat dikembangkan dengan melakukan riset secara mandiri di internet.

Langkah yang ketiga adalah fokus pada hal yang diketahui. Kemungkinan untuk lupa, tidak tahu, atau tidak kedengaran dapat saja terjadi. Apabila terjadi hal seperti itu, jangan panik dan fokus pada hal-hal yang diketahui atau terdengar saja. Bisa saja pada saat-saat akhir menerjemahkan, akan muncul petunjuk lain yang membantu untuk menyampaikan pesannya.

Langkah terakhir adalah hilangkan intonasi yang meragukan. Usahakan agar setiap kalimat diakhiri dengan jelas. Jangan sampai akhir kalimat terdengar seperti mengambang atau bertanya.

Photo by Prateek Katyal on Pexels.com

Ungkaplah pesan pada bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pede seperti halnya Shelock Holmes mengungkap sang pelaku kejahatan ^_^

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s