Penerjemah

Pekerjaan Saya Di KTP: Penterjemah

Beberapa waktu yang lalu Pak RT mendatangi rumah saya. Beliau membawa draft Kartu Keluarga (KK) yang baru dan meminta saya untuk mengkoreksinya. Nama, tempat tanggal lahir, nama orang tua hingga akhirnya pekerjaan.

Selama ini saya selalu menulis pekerjaan sebagai karyawan swasta. Namun ternyata status pekerjaan tersebut pernah sedikit merepotkan saya ketika memperpanjang paspor karena ternyata kalau karyawan swasta harus melampirkan surat keterangan kerja dari perusahaannya.

Berbekal pengalaman tersebut, saya tidak mau mengulangi lagi hal merepotkan seperti itu. Lalu, apa jenis pekerjaan yang harus saya cantumkan? Apakah profesi penerjemah ada dalam pilihan administrasi negara?

Sempat terpikir oleh saya untuk menulis sebagai wiraswasta, tapi kok sepertinya bukan ya (memang bukan, ‘kan). Lagipula kalau ditulis seperti itu, jangan-jangan berikutnya saya malah dimintai SIUP oleh petugas imigrasi ketika perpanjang paspor lagi.

Daripada bingung, saya pun mencoba untuk googling. Saya pun menemukan blog milik Bapak Ria Saptarika yang mencantumkan klasifikasi profesi dan pekerjaan di Indonesia yang sesuai dengan administrasi kependudukan (terima kasih kepada Bapak Ria Saptarika).

Dari daftar tersebut, saya menemukan ternyata profesi penterjemah ada di dalamnya! Ya, tulisannya penterjemah. Wah, pas sekali. Ternyata pilihan profesi berdasarkan Formulir F-1.01 ada sampai 80 jenis. Mulai dari pilihan standar seperti pelajar, karyawan swasta, TNI, POLRI, terdapat juga beberapa jenis tukang seperti tukang kayu, tukang batu, tukang sol dan sebagainya. Untuk klasifikasi profesional ada dokter, pengacara, akuntan, konsultan dan lain-lain.

Dengan ini saya jadi tidak perlu bingung lagi menyebutkan apa pekerjaan saya. Seperti dialog dalam fim Spiderman: “Who am I? I’m an interpreter and translator

Penerjemahan

Teknologi dan Penerjemah

Dulu sebelum pergi ke Jepang untuk kuliah, modal saya adalah kamus bahasa Jepang-Indonesia yang tebalnya minta ampun. Setelah tiba di Jepang, saya mengetahui keberadaan kamus elektronik. Walaupun ketika itu hanya ada untuk pasangan Inggris-Jepang saja, kamus elektronik tersebut sudah sangat membantu karena saya dapat mengetahui cara baca kanjinya dengan menuliskannya di kamus tersebut.

Namun kamus elektronik versi tulis tersebut memiliki kekurangan, yaitu jumlah kosakatanya yang minim. Saya pun akhirnya membeli lagi kamus elektronik versi ketik yang kosakatanya lebih lengkap. Saya masih menggunakan kamus elektronik ini pada awal-awal saya menjadi penerjemah sekitar tahun 2005 hingga akhirnya rusak.

Kamus elektronik tersebut bisa dikatakan sebagai teknologi yang pertama kali saya gunakan sebagai penerjemah profesional selain komputer beserta piranti lunaknya.

Sekarang, teknologi yang saya pakai sudah semakin banyak mulai dari internet, CAT Tools, ponsel pintar dan sabak elektronik alias tablet. Adanya teknologi tersebut sangat menunjang pekerjaan saya sebagai penerjemah.

Jika dulu bingung dengan cara baca kanji, kini hal tersebut bisa diselesaikan dengan menyalinnya atau menulisnya di Google Translate. Bahkan jika malas menulisnya, cukup memfotonya saja melalui aplikasi Google Translate dan dalam sekejap muncullah cara bacanya beserta terjemahannya (terlepas dari terjemahannya sesuai atau tidak, ya).

Begitu juga untuk riset. Kadang-kadang ketika menerjemahkan, saya tidak tahu barangnya seperti apa dan prosesnya seperti apa. Jika sudah begitu, maka biasanya saya langsung kw Om Google danan syukur-syukur ada fotonya atau videonya di Youtube.

Untuk urusan efisiensi waktu, keberadaan CAT Tools juga membantu saya. Saya sendiri baru beberapa bulan ini saja memakai CAT Tools bernama SDL Trados Studio 2014. Sekarang masih suka bingung dengan shortcut-nya, tetapi lumayan membantu mempercepat proses terjemahan saya.

Beberapa yang saya sebutkan di atas adalah teknologi yang saya gunakan sebagai penerjemah (translator). Sebagai interpreter pun, sebenarnya ada teknologi yaang saya inginkan: Google Glass.

Seandainya saya memiliki alat tersebut, saya rasa alat tersebut dapat membantu saya untuk membuat terjemahan saya menjadi lebih baik. Terutama ketika mendengar istilah yang asing atau ketika lupa padanan katanya.

Semoga teknologi untuk interpreter pun semakin berkembang.