Bagi yang pernah menonton serial kartun Doraemon, mungkin tahu bahwa Doraemon memiliki alat yang dapat membuat orang mengerti dan dapat berbicara bahasa asing. Nama alat (lebih tepatnya adalah makanan) tersebut dalam bahasa Jepang adalah Honyaku Konyaku. Saya lupa apa versi terjemahan Bahasa Indonesia-nya untuk alat ini.
Siapa pun yang memakan alat (sekali lagi, lebih tepatnya adalah makanan) tersebut, maka secara otomatis akan mampu mengerti dan berbicara bahasa asing bahkan bahasa makhluk di luar bumi.
Sepertinya pekerjaan penerjemah akan hilang jika alat tersebut benar-benar ada di dalam dunia nyata. Sekalipun Honyaku Konyaku tidak ada dalam dunia nyata, alat untuk menerjemahkan bahasa asing sudah lama ditemukan oleh manusia.
Saat ini, jika diminta untuk menyebut satu nama alat penerjemah, saya yakin hampir semua orang akan menyebut nama Google Translate. Ya, alat ini sungguh sangat mudah digunakan. Hanya dengan menulis kata, kalimat bahkan alamat situs yang ingin kita terjemahkan dan memilih pasangan bahasanya, kita akan mendapatkan terjemahan yang kita inginkan.
Terlepas dari banyak keluhan bahwa sering kali terjemahannya tidak akurat, tetap saja banyak orang yang menggunakan mesin penerjemah ini. Fitur suara sangat membantu ketika kita tidak tahu bagaimana melafalkan kata terjemahan. Fitur fonetik juga membantu untuk membaca huruf non alfabet seperti bahasa Jepang.
Dalam era globalisasi ini, perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun demikian, untuk dapat ‘bertahan hidup’ di tempat yang baru, manusia harus bisa menembus ‘dinding kebudayaan’. Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah bahasa (Koentjaraningrat).
Ketika saya di Jepang pada tahun 2001, jarang bisa menemukan nama stasiun dalam huruf latin kecuali di stasiun-stasiun besar. Namun karena adanya perhelatan Piala Dunia 2002, Jepang pun berbenah untuk mulai mencantumkan huruf latin di stasiunnya.
Kini, menjelang Olimpiade Tokyo di tahun 2020 pun, Jepang kembali bersiap untuk menghilangkan ‘dinding bahasa’. Saya membaca sebuah artikel daring yang memberitakan bahwa sebuah perusahaan Jepang bekerjasama dengan beberapa perusahaan lain untuk membuat mesin penerjemah pasangan bahasa Jepang-Inggris yang sangat powerful.
Mungkin pada saatnya nanti orang asing berbahasa Inggris akan dapat berbicara secara alami dengan orang Jepang seperti saat ini ketika kita berbicara dengan Siri di iPhone.
Jika mengingat ada Honyaku Konyaku, bukan tidak mungkin orang Jepang akan terobsesi untuk mewujudkannya.